Selasa, 31 Mei 2011 0 komentar By: ISMKMI WILAYAH 3
Sekilas Info.

Hari Tanpa Tembakau Sedunia

Bulan Mei tiba, kata-kata ’31 Mei : Hari Tanpa Tembakau Sedunia’ mulai ramai didengungkan oleh instansi maupun organisasi, nasional maupun internasional, yang  aware pada dunia kesehatan. Hari tanpa tembakau sedunia akan segera datang.
Tembakau yang biasanya dimanfaatkan untuk pembuatan rokok berasal dari tanaman Nicotiana tabacum L. Tembakau dikenal berasal dari Amerika Utara dan Selatan. Sejarah mencatat di tahun 1942 saat Cristoper Columbus melintasi laut Atlantik untuk pertama kalinya, penduduk asli Amerika yang bermukim di New World memberi hadiah daun Tembakau yang pada waktu itu kental akan unsur mitos sebagai pengusir setan. Daun-daun tembakau ini oleh Columbus dibawa kembali ke Eropa. Pada perkembangannya tembakau dikenal sebagai obat penenang dan digunakan oleh masyarakat dunia dengan dikunyah atau dihisap dalam bentuk cerutu, rokok, tingwe (lintingan). Merokok kemudian menjadi trend sosial.
Tercatat konsumsi rokok paling besar adalah di negara dengan ekonomi menegah ke bawah (terbanyak di negara berkembang). Di Indonesia sendiri Menurut WHO sekitar 150 juta penduduknya adalah perokok dengan konsumsi rokok total hingga 220 miliar batang per tahun. Tahun 2011 ini Indonesia menduduki peringkat ke-tiga konsumsi rokok terbanyak di Asia, setelah Cina dan India. Sementara itu Komisi Nasional Perlindungan Anak menyatakan jumlah perokok anak saat ini meningkat hingga 45 %. Meningkat dan terus meningkat dari tahun ke tahun. Melihat  kenyataan ini naif rasanya mengharapkan perokok-perokok ini menghentikan kebiasaan pada rokok karena kenyataannya para perokok itu bukan tidak tahu apa bahayanya merokok. “Merokok dapat menyebabkan kanker, serangan jantung, impotensi, dan gangguan kehamilan dan janin” hanya menjadi simbol, semboyan, tak lain halnya semboyan “sedia payung sebelum hujan”. Jika Anda seorang perokok, saya yakin anda pun sudah bosan mendengar informasi tentang bahaya merokok.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia sudah ditetapkan sejak tahun 1987 oleh negara-negara anggota WHO melalui sidang umum kesehatan dunia tanggal 7 april pada tahun itu. World No-Smoking Day adalah salah satu resolusi yang diangkat. Hari Tanpa Tembakau Sedunia bertujuan untuk mengingatkan dunia akan bahaya tembakau bagi kesehatan. Lebih jauh lagi, beriringan dengan pelaksanaan kebijakan masing-masing negara tentang rokok, jumlah perokok pemula hingga jumlah kematian akibat rokok diharapkan dapat ditekan.
Sayangnya dari tahun ke tahun peringatan hari tanpa tembakau sedunia di Indonesia tidak pernah seperti harapan. Tahun lalu, di tempat umum, bahkan di kawasan bebas asap rokok seperti Rumah Sakit pun masih sering dijumpai orang yang merokok pada hari itu. Kebanyakan dari mereka mengaku tidak tahu bahwa hari itu adalah hari tanpa tembakau sedunia. Sebagian dari mereka mengungkapkan bila tahupun, mereka juga tidak peduli, karena rokok seperti halnya beras, sudah menjadi kebutuhan bagi mereka. Sangat memprihatinkan, bukan? Inilah kendala besar mewujudkan dunia bebas asap rokok meski hanya sehari saja.
Hanya ada 3 tipe pecandu rokok, yang pertama mereka yang tidak memahami akan bahaya rokok, yang kedua mereka paham tapi tidak berniat berubah, dan yang ketiga mereka paham tapi tidak yakin bisa berubah. Jika mau positif thinking, mereka bisa berubah, Indonesia bisa berubah, dunia juga bisa berubah. Semoga mulai tahun ini kepedulian masyarakat untuk menanggalkan ‘tembakau batangan’ (rokok) itu meningkat.

sumber :  http://apotekerbercerita.wordpress.com/
Kamis, 19 Mei 2011 0 komentar By: ISMKMI WILAYAH 3

Sekilas Info.

Inilah Orang Pertama di Dunia Sembuh dari AIDS


San Fransisco –Dokter mengatakan, pria 45 tahun di California ini mungkin menjadi orang pertama yang sembuh dari AIDS. Ini diketahui dari gen kebal HIV miliknya. Seperti apa?
Timothy Ray Brown diketahui positif HIV (human immunodeficiency virus) pada 1995. Kini, ia masuk jurnal ilmiah sebagai orang pertama yang berhasil ‘menghapus’ virus HIV dari tubuhnya secara sepenuhnya. Dokter menyebut kondisi ini ‘penyembuhan fungsional’.
Pada 2008, Brown tinggal di Berlin dan mengidap HIV dan leukemia. Di sana, ilmuwan melakukan cangkok tulang sumsum untuk mengobati leukemianya. Ilmuwan mengatakan, Brown mendapat sumsum dari donor yang termasuk dalam 1% Caucasia kebal HIV.
“Saya berhenti berobat HIV di hari saya mendapat transplan itu,” papar pria yang dijuluki ‘Pasien Berlin’ itu.
Peneliti AIDS Dr Jay Levy dari University of California, San Fransisco (UCSF) mengatakan, kasus Brown membuka pintu ‘riset penyembuhan’.
Namun, dokter menekankan, prosedur radikal Brown mungkin tak cocok dengan penderita HIV lain karena sulitnya cangkok sumsum dan menemukan donor yang sesuai.
“Tentunya Anda tak mau melakukan cangkok ini karena risiko kematiannya,” ungkap Paul Volberding dari UCSF.
Banyak pertanyaan mengenai pengobatan Brown tak terjawab, lanjutnya. “Satu elemen pengobatannya nampaknya memungkinkan virus keluar dari tubuhnya,” lanjutnya lagi.
Hal ini akan menjadi studi yang menarik, tutupnya.